Program Talks Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) adalah forum pengajian yang digagas dan dimotori oleh Dr. Nur Rofi’ah, Bil. Uzm, doktor lulusan Turki dan dosen PTIQ Jakarta yang menggeluti metodologi tafsir Al-Qur’an. Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) adalah forum pengajian yang digagas dan dimotori oleh Dr. Nur Rofi’ah, Bil. Uzm, doktor lulusan Turki dan dosen PTIQ Jakarta yang menggeluti metodologi tafsir Al-Qur’an. Berbagai cara pandang negatif terhadap kaum perempuan yang, ironisnya, banyak muncul dari sudut keagamaan, menumbuhkan kepeduliannya terhadap isu perempuan. Oleh karena itu, ia ingin membekali pergerakan dalam isu gender dengan ilmu sebagai alat untuk merespon tafsir yang bias gender, setidaknya untuk memahami peta penafsiran agar bisa melihat peluang dan tantangannya. Ia menyuarakan perspektif yang lebih sadar gender dan berlandaskan keadilan hakiki, bukan semata keadilan formal yang semu, dalam pandangan Islam. Inisiatifnya perihal keadilan hakiki yang berasal dari integrasi pengalaman biologis dan sosial perempuan ini pertama kali ia gaungkan pada Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama tahun 2017. – Dr. Nur Rofiah adalah dosen Metodologi Tafsir Al-Quran di Pascasarjana Institut Ilmu Al-Quran di Jakarta, anggota dewan nasional LKK-NU, sebuah organisasi sayap Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, yang bertanggung jawab atas isu-isu keluarga. Ia adalah anggota dewan nasional Rahima dan Alimat, salah satu LSM Muslim yang menyelenggarakan Kongres Ulama Perempuan Indonesia Pertama pada tahun 2017. Nur juga seorang peneliti dan fasilitator isu-isu Islam dan gender yang telah melakukan berbagai penelitian tentang pernikahan dan keluarga. Nur juga menggagas gerakan budaya Ngaji Keadilan Gender Islam (Kelompok Kajian Islam Keadilan Gender). (Minggu) 16:00 Madani Misbar Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330 09oktober16:0016:00 Madani MisbarProgramTalksFilmmakers Networking Session (Senin) 16:00 Madani Misbar Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330 Asia Tenggara, Sinema dan Perspektif Muslim
Ketika membicarakan soal film, sepertinya Asia Tenggara tidak sepopuler kerabatnya di Asia Selatan atau Timur. Dan, ketika membicarakan soal keislaman, Asia Tenggara juga selalu terpinggirkan Asia Tenggara, Sinema dan Perspektif Muslim Ketika membicarakan soal film, sepertinya Asia Tenggara tidak sepopuler kerabatnya di Asia Selatan atau Timur. Dan, ketika membicarakan soal keislaman, Asia Tenggara juga selalu terpinggirkan karena terlalu jauh dari pusatnya di Timur Tengah. Tahun ini, Madani IFF 2023 akan menampilkan Mindanao karya sutradara Filipina, Brilliante Mendoza. Film ini adalah kisah Salama dan kesulitan yang ia hadapi dalam membesarkan anak penderita kanker di tengah perang, yang bersandingan dengan animasi cerita rakyat tentang Rajah Indara Patara dan Rajah Sulayman, anak-anak Sultan Nabi yang bertarung melawan naga demi menyelamatkan Lanao. Dari Indonesia sendiri, akan ada Onde Mande, film Islami yang dituturkan sebagian besar dalam bahasa Minang. Dokumenter pemenang penghargaan, Ininnawa: An Island Calling, juga akan hadir dan membawakan kisah tentang pekerja kesehatan di pulau-pulau terpencil sambil menampilkan kenyataan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. — Brillante Ma. Mendoza Brillante Mendoza adalah sutradara dan produser Filipina yang telah dianggap maestro di negaranya. Karya-karyanya telah memenangkan penghargaan dari festival film internasional, termasuk Cannes Film Festival, Venice Film Festival, dan Berlin International Festival. Ia adalah orang Filipina pertama yang menerima anugerah Sutradara Terbaik di Cannes untuk filmnya Kinatay pada 2009. Ratih Kumala Ratih Kumala adalah penulis yang berbasis di Jakarta. Ia menerbitkan novel pertamanya tahun 2004 berjudul Tabula Rasa setelah menang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003. Hingga kini, ia telah menerbitkan 7 buku (novel dan kumcer). Novelnya Gadis Kretek telah terbit dalam bahasa asing di Jerman, Inggris, Mesir, Filipina, Thailand dan Malaysia. Selain fiksi, ia juga menulis skenario untuk drama televisi, serial terbatas OTT, media digital, iklan dan film. Tahun 2023 ini, Ratih Kumala menerbitkan novel terbaru bergenre laga sejarah berjudul Saga Dari Samudra. Serial terbatas yang diadaptasi dari Gadis Kretek juga akan segera tayang di Netflix. Tito Imanda Tito Imanda adalah seorang antropolog dan pembuat film. Disertasinya dari Goldsmiths, University of London, adalah film kolaboratif dengan kelompok wayang orang di lereng Gunung Merapi yang mengeksplorasi cara-cara baru dalam penyampaian cerita visual. Tesisnya dari New York University adalah tentang politik ekonomi industri film Indonesia. Pada 2008-2013, ia mengembangkan dan mengelola sekolah film di sebuah universitas swasta di Jakarta. Sejak tahun 2017, ia menjabat di Badan Perfilman Indonesia (BPI) sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan. (Selasa) 16:00 Madani Misbar Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330 Kerasukan atau kesurupan merupakan hal yang dekat dengan kehidupan Muslim secara global. Biasanya, selain praktik perdukunan, ritual ruqyah digunakan untuk mengatasi hal ini.
Produksi film terkait kerasukan dan ruqyah ini juga Kerasukan atau kesurupan merupakan hal yang dekat dengan kehidupan Muslim secara global. Biasanya, selain praktik perdukunan, ritual ruqyah digunakan untuk mengatasi hal ini. Produksi film terkait kerasukan dan ruqyah ini juga marak di Indonesia. Sebut saja Ghibah (2021) dan Qodrat (2022). Dalam dunia global, banyak juga film sejenis seperti Munafik (Malaysia, 2016, 2018) dan serial Dabbe (Turki 2006, 2013, 2015). Dalam agama lain, fenomena kerasukan dan pengusirannya juga sangat populer. Tradisi Kristen dan Katolik, misalnya, termasuk yang paling banyak memproduksi film bertema ini. Eksorsisme gereja sudah ada dalam film sejak The Exorcist (1973), The Exorcism of Emily Rose (2005), Deliver Us From Evil (2014), hingga The Pope’s Exorcist (2023). Di Asia, khususnya Asia Tenggara, tentu soal kesurupan dan pengusiran setan ini sudah menjadi bagian dari folklor atau urban legend, dan tak hanya eksklusif dengan agama Islam, tapi juga agama dan kepercayaan lainnya. Beberapa judul yang bisa disebutkan, misalnya, The Wailing (2016) dan The Medium (2021). Academic Series Prodi Film Binus University berkolaborasi dengan Madani International Film Festival untuk membahas fenomena ini secara virtual. Bagaimana dan mengapa film-film terkait kerasukan dan eksorsisme hadir, dan apa yang distingtif dari film-film Asia yang mayoritas Muslim ini dibandingkan dari negara lain? Jon Towlson (York dan Leeds University) akan mengkaji fenomena sinema Turki dan Iran dan semadani apa film-film tersebut, sedangkan Katarzyna Ancuta (Chulalongkorn University) akan mengkaji dari sisi Buddhisme dan Thailand. Diskusi ini akan dimoderatori oleh Ekky Imanjaya dari Binus University. Film-film yang akan diulas, di antaranya, adalah Huddam, Saccin dan Dabbe franchise, The Medium, dan Nang Nak. Siang harinya akan diputar Qodrat (Charles Gozali, 2023) dengan dihadiri filmmaker-nya. Pemutaran akan dilakukan di Auditorium Lt 5, Binus University Alam Sutera, mulai 13.30 WIB. — Jon Towlson Jon Towlson adalah kritikus film dan penulis. Karya-karyanya, di antara lain, adalah Dawn of the Dead (Devil’s Advocates) (2022), Global Horror Cinema Today (2021), dan Subversive Horror Cinema: Countercultural Messages of Films from Frankenstein to the Present (2014) yang menerima nominasi dari Rondo Hatton Classic Horror Award. Tulisannya telah diterbitkan secara reguler di Starburst Magazine, dan pernah juga diterbitkan di BFI, Pop Matters, Scream, The Dark Side, Diabolique, The Quietus, Paracinema, Exquisite Terror, Irish Journal of Gothic and Horror Studies, Shadowland Magazine, Bright Lights Film Journal, Offscreen, Cine Excess dan Digital Film-Maker Magazine. Jon juga telah berkontribusi dalam rilis Blu-ray untuk Arrow Films, Second Sight Films, 101 Films, Treasured Films dan Eureka Video. Ia tinggal di Inggris dan bekerja sebagai tenaga pengajar di University of Leeds dan University of York. Dr. Katarzyna Ancuta Kasia Ancuta adalah akademisi kajian budaya dengan fokus dalam Kajian Gotik dan Horor. Ia mempelajari konteks interdisipliner yang hadir dalam karya Gotik dan horor di era kontemporer (melalui fiksi populer, film dan video, seni multimedia dan performatif, teater, musik dan tari, komik dan novel grafis, hingga fesyen dan gaya hidup alternatif), saat ini khususnya mengambil fokus pada wilayah Asia. Ia menulis Where Angels Fear to Hover: Between the Gothic Disease and the Metaphysics of Horror (2005) dan lebih dari 50 artikel tentang manifestasi Gotik lintas budaya. Beberapa tulisan terbarunya yang signifikan, di antara lain, diterbitkan di The Routledge Handbook to the Ghost Story (2017), B-Movie Gothic (2018), Twenty-first-century Gothic (2019), dan The New Urban Gothic (2020). (Selasa) 19:30 Relaksasi Beragama
Relax, It’s Just Politics: Politik Itu Biasa Saja, Prasangkanya yang Hebat-Hebat
Menjelang tahun politik 2024 dan melanjutkan tema yang telah diudar tahun lalu, Relaksasi Berpolitik, Madani International Film Festival Relaksasi Beragama Menjelang tahun politik 2024 dan melanjutkan tema yang telah diudar tahun lalu, Relaksasi Berpolitik, Madani International Film Festival 2023 bekerja sama dengan gerakan Relax, It’s Just Religion yang diinisiasi oleh Feby Indirani (penulis Bukan Perawan Maria dan Memburu Muhammad) sejak 2017, mengampu diskusi khusus terkait tema Buhul dari Madani IFF 2023. Politik, dalam pengertian umum, tak lain hanyalah urusan pengambilan keputusan dalam kelompok, organisasi, atau relasi antar-individu. Demikian juga politik di tingkat nasional, yang sesungguhnya hanyalah merupakan hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan Negara dan keputusan-keputusan yang berdampak pada orang banyak. Namun, proses mitologisasi dan ideologisasi dalam politik nasional kita menghasilkan prasangka-prasangka hebat dalam mengelola suara dan kuasa Negara kita selama ini. Politik jadi ruwet, bahkan sering makan korban. Buhul kemanusiaan dalam politik penuh prasangka itu pun akhirnya seringkali burai, dan kohesi sosial pun berai. Apakah seni, misalnya film, bisa membongkar berbagai prasangka itu, dan lantas turut mencairkan ketegangan-ketegangan yang ada? Relax, It’s Just Religion akan menghadirkan Yo Nonaka, seorang peneliti dari Keio University akan ngobrol santai membagikan amatannya tentang aneka tanggapan diaspora Indonesia di Jepang. Obrolan rileks ini juga akan mengundang Arif Zulkifli, direktur grup Tempo dan anggota Dewan Pers Nasional, untuk berbagi bagaimana disiplin jurnalisme menghadapi dunia penuh prasangka politik kita beberapa tahun belakangan. — Arif Zulkifli Arif Zulkifli telah bekerja sebagai jurnalis Tempo sejak tahun 1998. Ia pernah menjadi editor di berbagai segmen berita, editor eksekutif pada tahun 2010, dan pemimpin redaksi pada tahun 2013. Pada 2019, ia diangkat menjadi dewan direksi dari PT Tempo Inti Media Tbk, penerbit Tempo. Pada 2021, ia menjadi Direktur Utama Tempo. Sebagai seorang jurnalis, Arif telah banyak melakukan liputan, baik di dalam negeri maupun luar negeri, termasuk konflik Aceh pasca reformasi, tsunami tahun 2004, dan persiapan perjanjian damai Helsinki tahun 2005. Ia juga menelusuri kehidupan eksil 1965 di Berlin, Jerman, dan Republik Ceko, selama bertugas sebagai pembicara lokakarya di Berlin tentang bencana tsunami dan resolusi konflik. Pada tahun 2000, ia meliput kehidupan pengungsi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Stockholm, Swedia. Pada 2013, Arif menjadi anggota tim ahli PBB dalam penyusunan anggota Konvensi PBB tentang peran jurnalisme investigatif dalam melawan korupsi di Wina, Austria. Ia adalah penerima Penghargaan Jurnalisme Elizabeth O’Neil dari pemerintah Australia. (Rabu) 14:00 Kineforum: Studio Sjuman Djaya Gedung Trisno Soemardjo, Taman Ismail Marzuki Jl. Cikini Raya No.73, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330 Tokyo Reels adalah proyek Subversive Films (Mohanad Yaqubi & Reem Shilleh) yang mengolah pengarsipan visual berdasarkan arsip 20 film tentang Palestina yang disimpan dan tersembunyi sekian lama di Jepang. Pada Tokyo Reels adalah proyek Subversive Films (Mohanad Yaqubi & Reem Shilleh) yang mengolah pengarsipan visual berdasarkan arsip 20 film tentang Palestina yang disimpan dan tersembunyi sekian lama di Jepang. Pada saat pemutaran film Off Frame AKA Revolution Until Victory, Mohanad didekati seorang perempuan Jepang yang memberinya sebuah paket berisi daftar film-film hilang yang merupakan produksi gerakan solidaritas Palestina oleh para aktivis Jepang. Selain merestorasi 20 film yang lama tersembunyi di Jepang itu, Mohanad juga menyusun sebuah dokumenter untuk merefleksikan arsip yang kemudian dinamai “Tokyo Reels” itu, RK21 AKA Restoring Solidarity. — Mohanad Yaqubi Mohanad Yaqubi adalah pembuat film, produser, dan salah satu pendiri Idioms Film yang berbasis di Ramallah. Yaqubi adalah salah satu pendiri Subversive Films, sebuah kolektif riset dan kuratorial yang berfokus pada praktik-praktik film militan. Ia juga salah satu pendiri Palestine Film Institute yang bertujuan untuk mendukung, memajukan, dan melestarikan perfilman Palestina. Ia adalah periset tetap di School of Art (KASK) di Gent, Belgia, sejak 2017. Film panjang pertamanya, Off Frame AKA Revolution Until Victory (2016) tayang di TIFF, Berlinale, Cinéma du réel, Dubai IFF, Yamagata, dan lainnya. Andari Karina Anom Andari Karina lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dan menerima gelar S2 di bidang Komunikasi Transnasional dan Media Global di Goldsmiths College, University of London, Britania Raya, dengan beasiswa British Chevening Scholarship. Kini ia tengah menyelesaikan pendidikan S3 di Program Komunikasi Universitas Indonesia. Selama 16 tahun, ia bekerja sebagai jurnalis di Majalah Tempo. Saat ini, ia menjabat sebagai dosen komunikasi di BINUS University International. Subjek pengajaran dan penelitiannya sebagian besar adalah tentang jurnalisme, media, dan globalisasi. (Rabu) 16:30 Madani Misbar Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330 Dalam setengah abad berkarya, Herlina Christine Natalia Hakim telah menapaki berbagai jejak peristiwa sejarah hingga krisis kehidupan bangsa di bawah 6 rezim pemerintahan. Ia telah membintangi lebih dari 50 film, Dalam setengah abad berkarya, Herlina Christine Natalia Hakim telah menapaki berbagai jejak peristiwa sejarah hingga krisis kehidupan bangsa di bawah 6 rezim pemerintahan. Ia telah membintangi lebih dari 50 film, baik itu layar lebar, film pendek, serial televisi, serial web, di bawah arahan 36 sutradara ternama dalam dan luar negeri, dari era analog hingga digital. Dalam diri Christine Hakim kita bisa melihat Indonesia dan segala keberagamannya. Lahir di Jambi, besar di Yogyakarta, dan membawa darah Minang, Aceh, Banten, Pekalongan, Madiun, serta Timur Tengah. Berasal dari keluarga Muslim, orangtuanya memberi nama Christine dan Natalia. Dalam Retrospeksi Christine Hakim 50 Tahun Berkarya ini, kita tak hanya melihat peta sejarah perfilman Indonesia melalui karya-karyanya, tapi juga menyaksikan Indonesia dari perjalanan dan diri Christine Hakim. Retrospeksi Christine Hakim akan menyelami 50 tahun seni peran beliau dan menemukan jiwa perfilman Indonesia dari dekade 1970-an hingga kini. Selain diskusi, Retrospeksi Christine Hakim juga akan menampilkan tiga rangkaian film yang telah diseleksi khusus untuk Madani IFF 2023. — Christine Hakim Herlina Christine Natalia Hakim, lebih dikenal sebagai Christine Hakim, adalah seorang pemeran, produser, dan aktivis berkebangsaan Indonesia. Ia telah berkiprah di perfilman tanah air selama 50 tahun, terhitung sejak film debutnya, Cinta Pertama (1973). Christine Hakim menghidupkan sinema Indonesia yang sempat mati suri lewat film Daun di Atas Bantal (1997) yang tayang di Festival Film Cannes pada 1998, bertepatan dengan era reformasi. Hingga saat ini, ia telah terlibat dalam lebih dari 50 film, baik sebagai pemain maupun produser. Sepanjang kariernya, ia telah mendapatkan 15 nominasi Piala Citra Festival Film Indonesia, dan memenangkan sepuluh di antaranya. Ia juga mendapat Asia Pacific Producer Association Screen Award (2010) dan beragam penghargaan dari dalam dan luar negeri, termasuk Pengabdian Seumur Hidup untuk Film dari Festival Film Indonesia 2016, Satya Lencana Wira Karya (1999) dan Bintang Budaya Parama Dharma (2003) dari Pemerintah RI, penghargaan dari Pemerintah Perancis (1993 dan 2003), dan penghargaan dari Pemerintah Jepang (2015). Sejak tahun 1985, ia telah terlibat sebagai juri di 15 Festival Film International, termasuk 55th Cannes International Film Festival 2022, dan empat di antaranya sebagai President of the Jury untuk Southeast Asia Biennale Film Festival di Cambodia (1996), Busan International Film Festival di Korea Selatan (1999), Osian’s Cinefan International Film Festival of Asian and Arab Cinema di India (2008), dan Malaysia International Film Festival (2022). Alif Iman Alif Iman adalah mahasiswa STF Driyarkara dan pendiri Prakarsa Media Parakata dan Jurnal Dekonstruksi. Menjadi wartawan sejak 1996, lingkup liputan Alif Iman—sempat mengakronimkan namanya menjadi Airlambang—termasuk isu-isu intoleransi, terorisme, wilayah konflik, sejarah peralihan kekuasaan, korupsi dan perkotaan; terutama ketika menjadi reporter, penyiar dan produser program radio (2001-2006), dan dokumenter televisi (2010-2014). Ia menulis esai untuk masalah-masalah kebudayaan, sosial, politik dan jurnalisme, dan buku biografi. Ia adalah trainer dan senior officer untuk program-program crisis communication, public relation, dan community engagement di Aceh (2007-2010), Sierra Leone (2014-2016), Irak (2017), bagi Palang Merah Irlandia (IRCS) dan Federasi Palang Merah Internasional (IFRC). (Rabu) 19:45 Madani Misbar Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330 Banyak perkembangan menarik seputar narasi Islam dalam industri film global. Islam dan komunitas Muslim tak lagi melulu digambarkan secara negatif. Beberapa sosok superhero seperti Ms. Marvel (MCU) tayang di Disney+ Banyak perkembangan menarik seputar narasi Islam dalam industri film global. Islam dan komunitas Muslim tak lagi melulu digambarkan secara negatif. Beberapa sosok superhero seperti Ms. Marvel (MCU) tayang di Disney+ atau Glitch Techs (Nick Animation) untuk Nickelodeon dan Netflix, misalnya, adalah Muslim. Hal ini berkat, antara lain, peran dari Muslim Public Affairs Council (MPAC), organisasi nirlaba yang mempromosikan nilai-nilai inti ajaran Islam seperti welas asih, keadilan, perdamaian, martabat kemanusiaan, kebebasan, dan kesetaraan di Amerika Serikat. Salah satu program utamanya adalah memberikan rekomendasi dan menjadi mitra produsen film Hollywood untuk menampilkan citra Islam secara lebih positif. Apa makna penting dari perkembangan ini, khususnya terkait dengan komodifikasi Islam/komunitas Muslim, kepentingan elite, dan tuntutan pasar global? Apa dampak pengarusutamaan Islam dalam industri film global bagi perubahan sosial? — Sue Obeidi Sejak Biro Hollywood Muslim Public Affairs Council (MPAC®) diluncurkan pada tahun 2011, Sue Obeidi telah memadukan kecintaannya pada agama dengan kecintaannya pada film, televisi, dan serial digital untuk mengubah dan memperluas narasi Islam dan Muslim di dunia hiburan. Obeidi dan timnya mengupayakan kemitraan dengan MPAC® Hollywood Bureau di industri hiburan. Obeidi meningkatkan kualitas dan jumlah representasi Islam dan Muslim yang otentik, kaya, dan inklusif sehingga penonton dapat melihat Muslim sebagai kontributor penting dalam menciptakan perubahan sosial dan budaya di Amerika dan di seluruh dunia. Ahmad Nuril Huda Ahmad Nuril Huda adalah peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional. Fokus penelitiannya antara lain adalah agama dalam kehidupan sehari-hari dan presensinya dalam budaya visual, media dan teknologi, gender dan seksualitas, dan kebiasaan makan dalam masyarakat Muslim Asia Tenggara. Roosalina Wulandari Roosalina memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Katolik Atma Jaya dan master dalam bidang yang sama di Universitas Indonesia. Saat ini ia sedang menempuh studi doktoral di Universitas Indonesia. Berspesialisasi dalam intervensi krisis dan pemulihan trauma, pada 2011 ia menjadi salah seorang pendiri organisasi sipil, Lentera Sintas Indonesia, guna menyediakan bantuan psikologis bagi korban kekerasan seksual. (Rabu) 20:00 Talks
Detail
Detail
Waktu
Lokasi
Waktu
Lokasi
Detail
Detail
Namun, letak mereka yang strategis membuat kisah-kisah Muslim Asia Tenggara dan ekspresi budaya mereka sangat unik, terutama karena diperkaya oleh “rasa lokal”. Ada banyak kisah-kisah yang familiar bagi mereka yang hidup sebagai mayoritas (misalnya, di Malaysia, Indonesia, atau Brunei), dan banyak juga yang bisa diceritakan warga Muslim yang hidup sebagai minoritas (seperti Pattani, Mindanao, Rohingya, dan lainnya). Program ini diciptakan untuk membagikan kisah-kisah itu.Waktu
Lokasi
Detail
Detail
Waktu
Detail
Detail
Relax, It’s Just Politics: Politik Itu Biasa Saja, Prasangkanya yang Hebat-Hebat
Tentu saja, topik ini adalah sebuah plesetan dari ungkapan Pramoedya Ananta Toer dalam novel Bumi Manusia, “Hidup sungguh sangat sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya”. Jelang tahun politik 2024, media dan media sosial kembali dipenuhi oleh perdebatan bercorak politik identitas dan politik kebencian. Di seluruh dunia, khususnya dalam kiprah yang berpusat pada sosok seperti Trump, Boris Johnson, Putin, Narendra Modi, dan Netanyahu, politik kerap dilekatkan pada persoalan post truth politics. Dalam dunia post truth, ketegangan dalam berpolitik menjadi mata-uang. Politik menjadi ajang prasangka dan konflik berlarut.Waktu
Lokasi
Detail
Detail
Waktu
Lokasi
Detail
Detail
Dengan daya hidupnya, aktris juga produser yang kini berusia 66 tahun itu terus tumbuh dan beradaptasi dengan dinamika segala era dan generasi. Tak hanya ikut membangkitkan geliat industri film Indonesia dan memberi warna atasnya, peraih puluhan penghargaan dari perfilman dalam maupun luar negeri ini telah menjadi ruh yang memberi energi bagi kemajuan ekosistem industri perfilman Indonesia.Waktu
Lokasi
Detail
Detail
Waktu